Wednesday, 27 August 2025
kontak@karodaily.id
Fokus

Autopsi Ulang tidak Temukan Bukti Penyiksaan Brigadir J

Ketua tim dokter forensik autopsi ulang jenazah Brigadir J yang juga Ketua Umum Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI) Ade Firmansyah Sugiharto memberikan keterangan saat konferensi pers di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Senin (22/8/2022). | Republika/Thoudy Badai

KARODAILY.id, Jakarta – Hasil autopsi ulang jenazah Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J menemukan tidak ada bukti penyiksaan. Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI) menemukan luka-luka pada jenazah Brigadir J disebabkan karena luka tembak.

Ketua PDFI Ade Firmansyah mengatakan, ada lima luka tembak masuk pada jenazah Brigadir J, dengan kondisi empat luka tembus ke luar.

“Kami (PDFI) bisa pastikan, dengan hasil autopsi dan pemeriksaan ulang jenazah almarhum Brigadir Yoshua, kami tidak menemukan luka-luka kekerasan lain, selain kekerasan dengan senjata api,” ujar Ade, di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta, Senin (22/08/2022).

“Kami bisa memastikan itu, dengan keilmuan forensik yang sudah kami lakukan sebaik-baiknya. Bahwa tidak ada kekerasan selain kekerasan yang dilakukan dengan senjata api pada tubuh korban (Brigadir J),” sambungnya.

PDFI melakukan sejumlah tahap dalam menyimpulkan kondisi dan penyebab kematian Brigadir J. Tahap pertama, sudah dilakukan sejak Rabu (27/8) dengan ekshumasi dan autopsi ulang yang dilakukan di Muaro, Jambi. Dari tahap tersebut, PDFI juga melakukan uji laboratorium dengan metode pencahayaan dan mikroskopik dari sampel-sampel luka pada jenazah Brigadir J.

“Kita (PDFI) bekerja, selama kurang dari empat pekan. Dan saya meyakinkan, PDFI bekerja independen, tanpa ada tekanan atau intervensi dari pihak manapun,” kata Ade.

Dari hasil kerja tersebut, Ade mengatakan, ada beberapa informasi yang dapat disampaikan ke publik. Namun, untuk rinciannya menjadi bahan penyidik dan untuk kebutuhan persidangan.

Beberapa hal yang dapat disampaikan ke publik adalah soal luka-luka dan penyebab kematian. Disebutkan Ade, Brigadir J tewas bukan karena adanya penyiksaan. Tetapi, akibat dari tembakan. Hal tersebut karena ditemukan adanya lima luka tembak masuk dan empat luka keluar.

Dari lima tembakan masuk tersebut yang paling mematikan ada di bagian kepala dan dada kiri. “Ada dua luka tembak fatal, di daerah dada, dan bagian kepala,” kata Ade.

Dua luka-luka dari tembakan fatal tersebut juga dalam kondisi tembus. Sedangkan bekas luka masuk, yang tak terdapat luka tembakan keluar, adalah pada bagian badan dengan peluru tertahan di tulang bagian belakang.

“Jadi, untuk memberi jawaban atas banyak pertanyaan bahwa dari hasil autopsi dan pemeriksaan terhadap jenazah Brigadir Joshua, tidak ada luka-luka akibat kekerasan. Selain kekerasan dari senjata api,” terang Ade.

Selama ini tersiar kabar dari dokumentasi luka-luka berupa patah pada jari-jari tangan kiri dan pada bagian wajah Brigadir J. Termasuk, dugaan adanya kuku-kuku yang dicerabut secara paksa yang mengindikasikan adanya penyiksaan.

Ade memastikan, autopsi ulang memang menemukan kondisi luka-luka pada bagian jari kelingking dan jari manis lengan kiri Brigadir J. Tetapi, dikatakan dia, kondisi tersebut bukan disebabkan lantaran penyiksaan.(karodaily).

Sumber : REPUBLIKA

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.