Kadistan Karo Ir. Metehsa Purba cek kondisi peternakan babi di Desa Kacaribu, Kabanjahe.(ist).
KARODAILY.id, Kabanjahe – Dinas Pertanian Kabupaten Karo turunkan tim monitoring guna mengantisipasi penyebaran penyakit African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika yang telah menyerang dua ribuan ternak babi di Medan dan Deli Serdang. Langkah ini dilakukan demi melindungi sekitar 22 ribuan ternak babi di Karo.
Pernyataan ini dikemukakan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karo Ir. Metehsa Purba kepada KARODAILY.id, Jumat ( 01/12/2022) usai meninjau peternakan babi milik warga di Desa Kacaribu,Kecamatan Kabanjahe.
Secara umum, Metehsa menegaskan kondisi kesehatan ternak babi di Karo dalam kondisi sehat. Namun demikian, pihaknya tetap meminta kepada Balai Veteriner Medan untuk mengecek sample darah ternak babi penduduk.
Hal ini dimintakan setelah petugas lapangan yang rutin mengecek kesehatan ternak masyarakat menemukan dugaan gejala klinis pada sejumlah ternak babi di Kecamatan Lau Baleng.
“Tujuan kita adalah mengantisipasi dan mengambil langkah cepat.Kita tidak ingin kecolongan, karena jika didiamkan bisa menjadi benih kasus ASF,”ujar Purba.
Dalam kesempatan kemarin, Metehsa juga menghimbau kepada masyarakat untuk membeli atau membawa ternak babi dari luar daerah. Ternak babi lokal di Karo tambah Metehsa jauh lebih aman dari sudut bio diversity.
“Dari apa yang kita lakukan bersama peternak di Karo, penerapan bio diversity atas ternak babi warga selama ini berjalan dengan baik. Hal ini yang jadi rujukan kita meminta agar sementara ini masyarakat lebih mengedepankan konsumsi babi lokal,” tambah Metehsa.
Kadistan Karo Ir. Metehsa Purba.(karodaily/nang).
Bukan Flu Babi Tapi Demam Babi Afrika ( African Swine Fever)
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karo Ir. Metehsa Purba menyatakan serangan penyakit yang telah menyebabkan ribuan ternak babi tewas merupakan jenis dari penyakit ASF.
Secara klinis tanda ASF terang Metehsa antara lain tampak pada munculnya warna kemerahan di bagian perut, dada dan scrotum.
Kemudian, babi juga mengalami diare bercampur darah. Ada lagi tanda kemerahan pada telinga. Lantas demam (41 derajat Celsius), konjungtivitis, anoreksia, ataksia, paresis, kejang, kadang2 muntah, diare atau sembelit.
Tidak hanya itu, Metehsa juga mengungkap hadirnya pendarahan kulit sianosis, babi menjadi tertekan, telentang, kesulitan bernapas, dan tidak mau makan.
Sementara,cara efektif dalam mengeliminir penyebaran penyakit ini tambah Metehsa adalah dengan secepatnya memisahkan babi yang tidak sehat dengan yang sehat.
“Jika ada ternak yang terpapar bisa dengan memisahkan hewan yang sakit dari yang sehat dan menyemprotkan disinfektan agar tidak menular, ” ujarnya.
Sebagaimana dilansir kompas.com, Ketua Gerakan Peternak Babi Indonesia (GPBI) Heri Ginting mengatakan, sampai saat ini ada dua wilayah yang terpapar flu babi, yakni Kota Medan dan Kabupaten Deliserdang.
Dia berharap, pemerintah secepatnya mencarikan solusi maupun vaksin yang dapat menanggulangi virus penyakit pada ternak tersebut.(karodaily/nang).