Tuesday, 26 August 2025
kontak@karodaily.id
FokusKaro RayaKesehatan

Angka Prevalensi Stunting di Karo Turun

Wakil Bupati Karo Theopilus Ginting dan jajaran saat menyampaikan laporan delapan aksi konvergensi penanganan stunting se Propinsi Sumut.(ist/igdinkestanahkaro)

KARODAILY.id, Kabanjahe – Kabupaten Karo berupaya menurunkan target penurunan prevalensi stunting. Langkah itu ditempuh antara lain dengan menangani kasus wasting dan underweight pada balita melalui intervensi gizi berupa pemberian makanan tambahan berbahan pangan lokal.

Menurut Bupati Karo Cory Sriwaty Sebayang, sebagaimana dilansir akun instagram resmi Dinas Kominfo Karo berdasarkan hasil data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, angka prevalensi stunting di Kabupaten Karo adalah sebesar 25,3%. Angka itu menurun 0.4 % menjadi 24,9%.

Belum jauhnya angka penurunan ini disikapi tegas Cory. Ia meminta agar seluruh organisasi perangkat daerah yang terlibat dalam tim percepatan penurunan stunting dapat melakukan kegiatan yang lebih menyentuh kepada masyarakat. Sehingga prevalensi stunting di Kabupaten Karo dapat diturunkan hingga 14% di tahun 2024.

Sementara itu, sesuai dengan data rekap Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Balita Berbasis Masyarakat (EPPGBM), sebagaimana disebut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karo dr. Irna Safrina Br Sembiring, prevalensi angka stunting di Karo tahun 2023 mencapai 11,40 %. Angka ini turun 4,6 % dari tahun sebelumnya (2022) sebesar 16,26 %.

Begitupun halnya dengan data anak yang mengalami kekurangan gizi. Dengan kerja keras seluruh pihak, jumlah anak kurang gizi turun 1.82 % dalam setahun ini. Pada tahun 2022 tercatat 6,32 % dan tahun berjalan 2023 ini 4,50 %.

Secara nasional, sesuai data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan prevalensi stunting menurun menjadi 21,6 persen pada 2022, dari 24,4 persen pada tahun sebelumnya. Namun pada periode yang sama, wasting mengalami kenaikan 0,6 persen dan underweight sebesar 0,1 persen.

Wasting adalah kondisi ketika seorang anak memiliki berat badan rendah, tetapi tinggi badan yang cukup. Underweight adalah kondisi anak dengan berat badan yang rendah untuk usianya.

Bupati Karo Cory Sebayang didampingi Kadis Kesehatan dr. Irna S Br Sembiring pada gelar pengolahan bahan pangan lokal bergizi dalam rangka peringatan hari gizi nasional tahun 2023.(ist/igdinkestanahkaro)

Pemkab Karo massifkan pemberian PMT

Salah satu upaya yang massif dilaksanakan dalam langkah penurunan angka stunting itu adalah dengan pemberian makanan tambahan (PMT) kepada balita dan ibu hamil.

Irna menerangkan, pada praktek pemberian bahan pangan lokal, Puskesmas lewat program bantuan operasional kesehatan (BOK) membeli bahan setiap satu minggu sekali. Kemudian bahan pangan lokal itu didistribusikan ke desa untuk diolah oleh kader terlatih. Langkah terakhir, hasil olahan pangan lokal dibagikan kepada masyarakat penerima manfaat.

Kader terlatih yang dimaksud adalah kelompok masyarakat yang telah diberikan pelatihan melalui berbagai skema kegiatan, baik itu oleh dinas kesehatan, maupun para stakeholder, termasuk didalamnya pemerintahan desa

Yang teranyar, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Kabupaten Karo gelar kegiatan pengolahan bahan pangan lokal untuk pemberian makan tambahan (PMT) bagi balita beresiko stunting dan balita stunting di 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Karo. Langkah pembinaan ini adalah dukungan bagi penurunan angka stunting di daerah ini.

Menurut Kepala Dinas PMD Kab. Karo Data Martina Ginting, pada pelaksanaan, pihaknya bekerjasama dengan organ kecamatan, Persatuan Ahli Gizi (Persagi) dan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Karo.

Ketua TP PKK Kec. Berastagi Ny David S Cardona memberikan praktek langsung pengolahan bahan pangan lokal untuk PMT terkait stunting.(ist/igdinasdpmdkaro)

Tahun 2023 Kementerian Kesehatan alokasikan 1,41 triliun untuk PMT. 

Sebelumnya, dari lansiran di sejumlah media, Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan Maria Endang Sumiwi, mengatakan pemerintah mendorong program pemberian makanan tambahan berbahan pangan alami lokal sebagai upaya untuk menurunkan prevalensi tengkes atau stunting menjadi 17,8 persen pada 2023 dan 14 persen pada 2024.

“Kita mendapatkan rekomendasi dari para ahli, memang pangan lokal lebih dianjurkan karena dia memperbaiki pola makan. Kalau biskuit tidak memperbaiki karena dikira makan biskuit sudah selesai. Padahal, begitu pangan lokal, ibu-ibu jadi belajar juga ‘oh, menu anak saya itu seharusnya ada protein hewaninya’ dan seterusnya,” kata Endang Sumiwi dalam kegiatan Publikasi Data Intervensi Spesifik dan Sensitif Bidang Kesehatan untuk Percepatan Penurunan Stunting Triwulan II Tahun 2023.

Kementerian Kesehatan dalam publikasi petunjuk teknis pemberian makanan tambahan berbahan pangan lokal untuk balita dan ibu hamil tahun 2023 menyatakan Indonesia merupakan negera terbesar ketiga di dunia dalam keragaman hayati. Setidaknya terdapat 77 jenis sumber karbohidrat, 30 jenis ikan, 6 jenis daging, 4 jenis unggas, 4 jenis telur, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, dan 110 jenis rempah dan bumbu.

Hal tersebut menunjukkan bahwa potensi pemanfaatan pangan lokal sangat terbuka luas untuk penyediaan pangan keluarga, termasuk untuk perbaikan gizi ibu hamil dan balita.

Untuk itulah tambah Endang, Kementerian Kesehatan, pada awal 2023, telah memberikan alokasi anggaran Pemberian Makanan Tambahan (PMT) lokal sebesar Rp 1,41 triliun bagi 483 kabupaten dan kota.(karodaily/nanang berbagaisumber).

 

 

 

 

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.