Anggota DPRD Karo Dodi Sinuhaji minta Pemdes Merdeka dan Perumda Tirtanadi cepat atasi persoalan distribusi air bersih di Berastagi.(ist).
KARODAILYid, Berastagi – Berlarutnya penyelesaian krisis air bersih dalam masa lebaran tahun ini di Berastagi menarik perhatian banyak pihak. Anggota DPRD Karo Dodi Sinuhaji meminta kepada Pemdes Merdeka dan Perumda Tirtanadi mengambil keputusan cepat. Karena dalam lima hari terakhir 2.500 masyarakat pelanggan menjadi korban.
“Masing – masing pihak mesti melihat kebutuhan lebih besar. Ada dua ribuan lebih rumah tangga rakyat yang menjadi korban,” ujar Dodi.
Ribuan pelanggan tadi menurut Dodi tersebar di dua kecamatan utama, yakni Berastagi dan Merdeka.
Padahal sebagaimana amanat UUD 1945 Pasal 33 ayat (3) menentukan “bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
Apalagi sambung Dodi, hak atas air merupakan salah satu hak tertinggi dalam bidang hukum yaitu hak asasi manusia. Sehingga, negara, dalam hal ini perangkat yang ada diwajibkan untuk memberi jaminan atas kebutuhan air bersih warga.
“Kepada kedua pihak kita ingin dapat mengilhami aturan dasar tadi. Sehingga, apapun dinamika yang terjadi, hak rakyat atas air jangan pernah diabaikan,”tambah Dodi.
Politisi PDI Perjuangan yang berkiprah sebagai Anggota DPRD Karo ini mengaku miris. Pasalnya, selama beberapa hari terakhir ini dirinya tidak melihat adanya sense of crisis dari keduanya.
“Turunkan ego dan arogansi kalian. Lihat rakyat dibawah ini yang menjadi susah. Apakah kita tega melihat ini begitu saja ?.”tanyanya.
Antrian air bersih pasca putusnya distribusi air bersih ke Desa Lau Gumba.(ist).
Tirtanadi Belum Penuhi Tuntutan
Sebagaimana diketahui, Sekitar 2.500 pelanggan Perusahaan Daerah (Perumda) Tirtanadi Cabang Berastagi selama lima hari terakhir tidak teraliri air bersih. Matinya distribusi air sejauh ini diakibatkan konflik atas sumber air yang berada di Desa Merdeka,Kecamatan Merdeka,Kabupaten Karo.
Informasi yang berkembang menyebut matinya distribusi air kepada pelanggan berawal dari penutupan kran air dari sumber utama Tirtanadi Cabang Berastagi di Pancur Sepuluh Desa Merdeka. Aksi sepihak ini dilakukan oleh Pemerintahan Desa Merdeka,Kecamatan Merdeka.
Kepala Desa Merdeka Karius Surbakti mengakui tindakan memutus distribusi air dari sumber di Pancur Sepuluh Desa Merdeka merupakan efek dari ketidakperdulian Perumda Tirtanadi terhadap permintaan mereka.
“Sudah satu bulan yang lalu kita layangkan. Tapi sampai terakhir tidak digubris sama sekali. Langkah pemutusan ini adalah ujung dari penantian kita terhadap sikap mereka (Tirtanadi).,” tegas Karius.
Dari keterangannya (Karius) menerangkan jika pihaknya menuntut kenaikan alokasi dana coorporate social responsibility (CSR) Tirtanadi kepada Desa Merdeka.Adapun nilainya sambung Karius adalah sebesar 36 juta rupiah setahun.
Kepala Perumda Tirtanadi Cabang Berastagi Hamdan kepada sejumlah pihak,termasuk Anggota DPRD Karo Dodi Sinuhaji menjelaskan jika masalah putusnya distribusi air di wilayah Berastagi dan Kecamatan Merdeka akibat belum adanya titik temu dengan pihak Pemerintahan Desa Merdeka.
Hal ini sambung Hamdan utamanya menyangkut permohonan Pemdes Merdeka guna menaikkan alokasi dana CSR dengan nilai sekitar 30-an juta rupiah setahun.
Menurutnya ini tentu masih belum tentu.Apalagi baru pada tahun 2021 pihaknya menaikkan alokasi dana CSR untuk Desa Merdeka 12 Juta rupiah setahun dari sebelumnya 10 Juta rupiah.
Ketidakmampuan itu sebutnya, dikarenakan Perumda Tirtanadi tidak termasuk dalam kategori perusahaan yang mematok tarif tinggi kepada pelanggan atas penggunaan air yang berlangsung. (karodaily/nanang).