Monday, 25 August 2025
kontak@karodaily.id
DisasterFokusNasionalPeristiwa

Jumlah Pendaki Tewas di Gunung Marapi Bertambah Jadi 22 Jiwa

Aparat gabungan mengevakuasi korban meninggal akibat erupsi Gunung Marapi di Sumatra Barat, Selasa (05/12/2023).Basarnas

KARODAILY.id, Bukit Tinggi – Jumlah korban yang meninggal dunia akibat erupsi Gunung Marapi di Sumatra Barat terus bertambah. Menurut laporan Basarnas, total korban meninggal kini berjumlah 22 orang.

Sebagaimana dilansir BBC News Indonesia , jumlah korban meninggal bertambah karena pada Selasa (05/12/2023), Basarnas telah menemukan sembilan dari 10 korban yang sebelumnya dilaporkan hilang.

“Sembilan dari 10 orang yang dilaporkan tadi siang telah ditemukan dalam keadaan meninggal dunia,” kata kata Juru Bicara Basarnas Arief Pratama.

Arief berkata, Basarnas dan tim gabungan akan melanjutkan pencarian pada Rabu besok untuk satu korban yang belum ditemukan.

Arief menambahkan dari total 22 korban meninggal itu, 13 di antaranya sudah berada di rumah sakit. Adapun sembilan jenazah yang baru ditemukan masih dalam proses evakuasi.
Sebelumnya, Kepala Basarnas Padang, Abdul Malik, pada Selasa siang menyatakan tim gabungan menemukan dua pendaki dalam kondisi meninggal.

“Saat ini sampai pukul 12 [siang], [korban meninggal] sudah di-packing, sudah dimasukkan ke body bag, sudah proses evakuasi,” kata Abdul Malik saat ditemui wartawan Halbert Caniago yang melaporkan untuk BBC News Indonesia di kaki Gunung Marapi, Sumatra Barat.

Abdul mengatakan, di pos puncak gunung terdapat terdapat delapan jenazah yang sedang dibawa turun. “Sedang dievakuasi ke bawah. Tim yang di bawah akan menyambut yang di atas,” tambah Abdul.

Ia melanjutkan, tantangan evakuasi pada Selasa (05/12/2023) adalah Marapi masih mengalami “lima kali erupsi sejak pagi”. “Tadi abu vulkanik turun sampai kaki bukit,” kata Abdul.

Hal ini membuat jarak pandang tim evakuasi terganggu. Namun, siang ini “kondisi cukup cerah”, sehingga memungkinkan untuk mengevakuasi delapan korban meninggal dari atas gunung.

Tim sar gabungan sedang mengevakuasi korban meninggal yang terperangkap erupsi Gunung Merapi, Selasa (05/12/2023).Basarnas

Pada hari ketiga evakuasi korban yang terperangkap erupsi Gunung Marapi, Provinsi Sumatra Barat, tim SAR gabungan melibatkan 200 anggota untuk menjangkau area pencarian seluas lebih dari lima kilometer persegi.

“Pencarian dilaksanakan dengan luas area pencarian radius 800 meter dari jalur pendakian Gunung Marapi, dengan koordinat area pencarian kurang lebih 5,3 kilometer persegi,” kata Arief Pratama, juru bicara Basarnas dalam keterangan tertulis, Selasa (05/12/2023).

Data yang dirilis Basarnas, pada Selasa (05/12/2023), pukul 07:00 WIB, menyebutkan total korban yang seluruhnya pendaki sebanyak 75 orang.

Perkembangan terbaru menyebutkan, korban meninggal menjadi 13 orang, dan 10 masih dalam pencarian.
Sejak kemarin, mulai dari siang hingga malam, tim SAR gabungan fokus untuk membawa lima korban meninggal dari pos di ketinggian 2.000 meter.

Sebagian dari pendaki yang selamat mengalami luka bakar, patah tulang, dan dirawat di rumah sakit di Padang Panjang dan Bukittinggi.

Gunung Marapi terletak di Kabupaten Agam dan Tanah Datar dengan ketinggian 2.891 meter dari permukaan laut.

Persiapan tim SAR gabungan dalam pencarian korban yang terperangkap erupsi Gunung Marapi.Basarnas

Mengapa BKSDA memberi izin pendakian?

Seluruh korban erupsi Marapi adalah pendaki gunung, menurut laporan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat.

PLH BKSDA Sumatera Barat, Dian Indriati, mengatakan 75 orang tersebut tercatat pada pendaftaran online pendaki Gunung Marapi mulai hari Jumat hingga Minggu pagi.
Dian Indriati menuturkan pihaknya memberikan izin pendakian Gunung Marapi karena adanya kesepakatan dengan semua pihak terkait di antaranya pemda dan Basarnas.

Selain itu BKSDA Sumbar juga sudah menyosialisasikan aturan dalam melakukan pendakian. Seperti tidak boleh mendekati kawah dan minimal pendakian berjumlah tiga orang.

Ia juga menyatakan untuk tanggap darurat, sudah ada posko siaga nagari dan juga rambu-rambu di setiap jalur pendakian.

“Kami juga menentukan bahwa pendaki yang dibolehkan melakukan pendakian hanya yang memiliki mitigasi dan adaptasi bencana,” katanya dalam sebuah pernyataan.(karodaily).

 

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.