
Catatan Ringan: Nanang*
Tahapan Pilkada Karo tahun 2024 memasuki masa – masa penting. Selama tiga hari: 27-29 Agustus 2024, KPU Karo dengan pengawasan melekat Bawaslu telah menetapkan sebagai hari pendaftaran bakal pasangan calon bupati dan wakil bupati.
Di waktu inilah kenyataan berulang. Pemimpin pemerintahan tertinggi di kabupaten ini: Bupati Karo, Cory Sebayang tidak mendapat dukungan. Pun begitu dengan sang wakil, Theopilus Ginting. Harapan keduanya pupus. Bahkan oleh partai dimana mereka selama ini bernaung dan mengabdi.
Partai GERINDRA lebih memilih Antonius Ginting. Magnet Antonius nyatanya mampu membius petinggi partai yang dipimpin presiden terpilih Prabowo Subianto.
Mas Bowo, begitu Presiden Jokowi kerap menyapa, memberi goresan tanda persetujuan ke Antonius Ginting – Komando Tarigan. Merekalah yang diusung GERINDRA dalam Pilkada Karo 2024.
Sedang “partai beringin” Golkar memutuskan dukungan kepada Tino Mimana Sinuraya. Sosok muda yang hampir tak punya pengalaman memimpin birokrasi ini ternyata sudah mempesona Golkar sejak awal. Ia ditunjuk dengan mengesampingkan kapasitas kadernya sendiri Theo.
Cory-Theo: julukan bagi dua tokoh ini saat Pilkada terakhir, akhirnya terbenam dalam asa dan kuatnya bius hasil survei. Rasa percaya diri yang berlebih membawa mereka dalam nestapa politik.
Nestapa berulang dalam sejarah politik Pilkada Karo. Sebuah pengalaman yang pada tiga tahun lewat lalu dialami pendahulunya. Status Terkellin Brahmana sebagai bupati kala itu juga tidak mampu mengakumulasi dukungan partai kepadanya.
Kembali ke Cory-Theo. Tidak ada riak dalam dua keputusan itu. Sebab kedua tokoh ini minim persiapan. Bekal untuk melawan keputusan elitnya.
Tidak seperti Airin di Pilgub Banten. Dengan modal dasar dukungan PDI-P, Airin yang tenang, teduh dan cantik mampu membalikkan dukungan Partai Golkar ke arahnya.
Sang Ketua Umum Bahlil Lahadalia bahkan ia paksa menjilat dukungan yang sebelumnya telah di keluarkan kepada Andra-Dymiati. Airin yang cantik bersama Ade Sumardi akhirnya melenggang pada Pilgub Banten bersama partai yang membesarkannya.

Kuasa lebih sebagai pimpinan politik di daerah nyatanya gagal dimanfaatkan Cory-Theo. Mereka tidak sanggup menunjukkan perwajahan sebagai pemimpin politik di tingkat daerah.
Keputusan MKRI No 60 Agustus 2024 tentang syarat minimal pencalonan sebesar 8.5 % dari suara sah pada Pileg 2024 tingkat DPRD Karo yang sejatinya mempermudah bagi keduanya pun sulit dikais.
Suara sah partai non parlemen tingkat kabupaten hanya berkisar 2.402. Meskipun totalnya sebelum di sisihkan 2.549 suara sah. Namun, karena dua partai yakni PPP (74) dan Partai Garuda (73) tidak dianggap akibat kelalaian pelaporan keuangan partai.
Sehingga, dari total 2.549 suara, KPU Karo hanya mengesahkan 2.402 suara. Angka ini jauh dari syarat minimal bakal pencalonan bupati dan wakil bupati Karo pada Pilkada Karo 2024 sebesar 19.569 suara.
Melihat fakta ini setidaknya membuat peluang Cory-Theo maju sudah tertutup. Meskipun adagium politik selalu dinamis bisa saja terjadi.
Dan, kalaupun itu bisa muncul tinggal menunggu kabar kejutan dari koalisi partai pengusung Antonius Ginting – Komando Tarigan. Apakah dari enam partai (PAN, HANURA,PERINDO, PKB, NasDem dan GERINDRA) yang telah berada dalam genggaman ini balik gagang.
Karena, dalam beberapa hari ini banyak partai yang sudah menunjukkan sikap inkonsistensinya dalam pengusungan Bapaslon Pilkada. Propinsi Banten, Tangerang Selatan hingga Kota Medan sudah jadi bukti.
Sedangkan, untuk Bapaslon lain terasa sulit memberi sentuhan. Abetnego Tarigan – Edy Suranta Bukit aman dengan PDI-P dan Tino Sinuraya –Onasis Sitepu sudah mendaftar ke KPU Karo, Rabu (28/08/2024) dengan usungan Partai Golkar, Demokrat, PKS dan terakhir Partai Gelora.
Namun jika tidak, inilah fenomena berulang. “Senja Kuasa” Cory-Theo.(***).
*Jurnalis KARODAILY.id dan Koordinator Desk Pilkada KARODAILY.id