Friday, 14 November 2025
kontak@karodaily.id
AgronomicEkonomi PasarFokusKaro Raya

Peri Edison Meliala : Pemkab Karo Mesti Rancang Program Pembatasan Gabah “Nyebrang” ke Agara

Ketua Komisi B DPRD Karo Peri Edison Meliala.(dok)

KARODAILY.id, Kabanjahe – Pemkab Karo diminta mencari cara menjaga stok pangan lokal. Selama ini, hasil panen petani di sentra produksi padi dalam bentuk gabah kering giling (GKG) lebih banyak dibeli oleh pembeli dari kabupaten tetangga, yakni Aceh Tenggara.

Harapan itu diungkapkan Ketua Komisi B DPRD Karo Peri Edison Meliala. Lebih lanjut, politisi asal PDI Perjuangan mengatakan, dengan banyaknya hasil produksi petani padi dibeli oleh para pemilik kilang padi asal Aceh Tenggara, secara tidak langsung akan mengurangi stok beras di Kabupaten Karo.

Karena, setelah dikonversi menjadi beras, sudah barang tentu bahan pangan utama rakyat itu lebih banyak dinikmati masyarakat luar Karo. Jikapun kembali masuk ke Karo secara ekonomi harganya kemungkinan bakal diatas harga lazim.

Untuk itu, kedepan pihaknya meminta kepada Pemkab Karo untuk dapat mencari jalan keluar, agar seluruh proses produksi hingga kemudian menjadi beras dapat dilaksanakan di Karo.

“Memang ini tidak lantas dapat dilakukan. Minimal kedepan, ada rancangan atau program konkret untuk mengatasi keadaan ini. Karena bagaimanapun, seiring bertambahnya penduduk , konsumsi beras di tengah – tengah masyarakat diperkirakan bakal naik,”ujar politisi yang tercatat akan maju kembali sebagai Caleg DPRD Karo dari Dapil Karo IV yang meliputi Kecamatan Naman Teran, Payung, Tiga Nderket dan Kecamatan Kuta Buluh ini.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya total konsumsi beras di masyarakat Kabupaten Karo terang Kepala Dinas Pertanian Kab. Karo Metehsa Purba adalah sebanyak 43.266.387,6 kg. Detailnya sambung Purba, kebutuhan beras 414.429 ribu jiwa penduduk Karo ( berdasarkan hasil proyeksi penduduk interim 2020-2023 ) rata rata berada di angka 104,4 kg/kapita/tahun atau 8.7 kg/kapita/bulan.

Sementara total produksi padi dalam bentuk gabah kering giling di Kabupaten Karo pada tahun terakhir (2022) mencapai 151.886 ribu ton atau sekitar 151 886.000 kg.

Meskipun terlihat surplus, yakni sekitar 52.026.612,4 kg (konversi GBK ke beras), namun tidak semua beras itu tadi dinikmati oleh masyarakat Kabupaten Karo. Hal ini disebabkan, terdapat banyak hasil produksi gabah kering giling dari sentra produksi di Kecamatan Juhar Lau Baleng dan Mardingding yang sebenarnya dibeli oleh pedagang beras dari luar daerah.

Salah satu kegiatan panen pani di Kabupaten Karo, tepatnya di areal persawahan Lau Rambong Desa Perbulan, Kecamatan Lau Baleng. (Sib/ Dok/Theopilus Sinulaki)

Gabah di sentra produksi Mardingding dan Lau Baleng lebih banyak dibeli hueller Aceh Tenggara

Data diperoleh KARODAILY.id dari salah satu praktisi pertanian di Kecamatan Lau Baleng T Sembiring menyebut sebahagian besar hasil panen petani di sentra produksi padi dibeli oleh pemilik hueller (penggilingan padi) asal Aceh Tenggara. Jikapun ada pembeli lokal hanya satu atau dua kilang, seperti Kilang Padi Kurnia Buluh Pancur dan Kilang Gepan Naibaho Lau Baleng.

Biasanya sambung Sembiring, para pembeli asal Aceh Tenggara datang langsung ke petani melalui perantara.

“ Setiap musim panen pemilik kilang tetap bergerilya mencari gabah ke 2 kecamatan ini, Lau Baleng dan Mardingding,”terang Sembiring.

Selain karena persoalan harga, petani lebih memilih menjual hasil panennya kepada pembeli asal Agara terang Sembiring dikarenakan sistem pembayaran langsung. Sedangkan jika di Kabanjahe polanya bayar “mati satu”.

“Inilah salah satu alasan kenapa petani merasa lebih nyaman berhubungan dengan pemilik kilang asal Aceh Tenggara,”pungkas Sembiring.
Seperti diketahui, saat ini harga jual gabah kering giling di tingkat petani di Lau Baleng dan Mardingding berada di kisaran Rp 7.000 – Rp 7.100/kg.(karodaily/nanang).

 

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.